EKSISTENSI DIRI DAN BERKARYA (BEING & DOING)

EKSISTENSI DIRI DAN BERKARYA (BEING & DOING)

Tetapi karena kasih karunia Allah, aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku. (1Kor.15:10).

Dalam perenungan sebelumnya, kita membaca bagaimana kasih karunia Allah yang diterima Paulus memampukan la untuk menerima diri apa adanya. Pribadi yang autentik memang merupakan prasyarat penting dalam seluruh karya Kristiani kita. Karena kasih karunia itulah kita memperoleh being yang baru. Namun, itu tidaklah cukup. Perlu dilanjutkan dengan karya dan tindakan nyata. "Being dan doing harus berjalan seimbang dan beriringan."

Itulah sebabnya Paulus melanjutkan, kasih karunia yang sama telah mendorongnya untuk "bekerja oleh karena kasih karunia ilahi bagi seorang pegiat sosial. Ia bukan hanya mengubah seseorang, melalui penerimaan diri apa adanya, namun ia juga mendorong orang itu untuk berkarya dengan giat. Memang, ada banyak alasan yang dapat memotivasi seseorang untuk berkarya dengan giat. Mulai dari alasan yang sangat mulia hingga yang sangat biasa. Bahkan juga alasan yang salah. Tentu saja kita perlu mencermati dan meneliti alasan kita berkarya. Namun agaknya kita akan sampai pada serangkaian alasan yang baik yang tidak hanya satu dan tunggal.

Kita memang tidak perlu memilih dan memilah semua alasan yang baik itu. Kita bisa saja berkarya karena rasa belas-kasihan pada sesama atau karena kebutuhan untuk mengaktualisasi diri dan alasan-alasan baik lainnya. Akan tetapi saya percaya, salah satu alasan yang paling penting untuk berkarya adalah karena kita telah diterima oleh Allah melalui kasih karunia-Nya.

Itulah yang membuat Paulus dapat berkata bahwa ia telah bekerja lebih keras dari orang lain, la sama sekali tidak sedang membandingkan karyanya dengan karya orang lain dan membanggakan dirinya. Sama sekali tidak. Apa yang hendak dikatakannya sebenarnya selaras dengan ucapan Yesus Kristus yang menegaskan bahwa orang yang telah banyak diampuni (karena dosa yang sangat besar) akan banyak mengasihi pula (bak Luk 7:47).

Itulah sebabnya, Paulus menegaskan bahwa kalau pun la bekerja sangat keras, itu bukan karena usaha dan kemampuannya namun karena "kasih karunia Allah yang menyertai" seluruh karyanya. Karena kasih karunia kita diterima sebagaimana adanya kota (being). Karena kasih karunia yang sama kita bekerja dengan keras (doing). Semua hanyalah kasih karunia! Tidak lebih dan tidak kurang.