DUNIA MAKIN MENCEKAM

DUNIA MAKIN MENCEKAM

Terkutuklah hari ketika aku dilahirkan. (Yer. 20:14)

Tidak ada pertanyaan tentang makna kehidupan yang lebih sah ketimbang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan di depan fakta penderitaan. Dunia makin uzur dan tak juga semakin bijak. Malah, dunia penuh dengan penyakit yang makin lama makin tak terobati.

Orang-orang yang tadinya sangat percaya pada rencana Allah dalam memperbarui dunia pun bertanya: Di manakah Allah di tengah seluruh proses "bunuh diri" semesta ini? Mengapa Allah tidak bertindak secara langsung dan nyata? Apakah Dia sungguh-sungguh Allah yang hidup dan berkuasa? "Di manakah Allah di tengah seluruh proses 'bunuh diri' semesta?" Celakanya, rangkaian pertanyaan itu tak terjawab juga. Bahkan oleh Allah sendiri. Dia diam seribu bahasa.

Yeremia pernah mengajukan pertanyaan serupa. Setelah sekian lama berkarya sebagai nabi Tuhan, dia menyaksikan bangsa yang semakin rusak. Puncak dari semua keluhannya meluap di dalam Yeremia 20:14-18. Kekesalannya terhadap bangsa Israel telah sirna dan berganti keputusasaan. Umat Tuhan itu sama sekali tak mau berubah. Tuhan pasti akan menunggangbalikkannya (ay. 16).

Dan sekarang, kemarahan pada dunia dan masyarakat yang bebal itu berbalik arah menjadi kemarahan kepada diri sendiri. "Terkutuklah hari ketika aku dilahirkan," katanya (ay. 14). Yeremia menyesali kehidupannya. Menurut dia, hari kelahirannya seharusnya menjadi hari kematiannya; rahim ibunda seharusnya menjadi kubur baginya (ay. 17). Apakah tanggapan Allah terhadap protes, keluhan, dan kemarahannya? Pasal 20, yang memuat pertanyaan penuh kemarahan itu, berhenti begitu saja. Tanpa resolusi; tanpa kepastian. Allah diam!

Dalam bentuk yang mungkin berbeda, pengalaman Yeremia bisa jadi pengalaman setiap pegiat sosial-pengalaman menghadapi masyarakat yang tak kunjung berubah menjadi lebih baik. Akhirnya, pengalaman itu menusuk jantung makna hidup kita sendiri. Kita tidak punya apa-apa lagi di dunia ini untuk dibanggakan, atau setidaknya untuk membuat hidup dan karya tetap punya makna. Dan Allah tetap diam!