REVOLUSI, TRANSFORMASI ATAU REFORMASI?

REVOLUSI, TRANSFORMASI ATAU REFORMASI?

 


Membarui diri. Dibarui oleh Kristus. Pembaruan segenap hati, Membran akal budi. Apakah itu revolusi, transformasi, ataukah reformasi? Mari kita lihat pengertian ketiga istilah itu.

Revolusi. Revolusi berarti perubahan keadaan di suatu bidang; bisa bidang sosial, pemerintahan, kebudayaan, atau bidang lain. Ada revolusi yang terjadi dengan kekerasan, misalnya revolusi kemerdekaan. Ada juga yang sama sekali tidak memakai kekerasan, misalnya revolusi mental. Revolusi juga berarti perubahan radikal, misalnya revolusi mode dari terkurung menjadi terbuka. Penemuan mesin sebagai pengganti tangan manusia disebut revolusi industri. Istilah revolusi juga masuk dalam jargon teologi. Buku Harvey Cox, guru sekolah teologi Harvard, berjudul God's Revolution and Man's Responsibility.

Transformasi. Transformasi berarti perubahan bentuk. Juga, per ubahan sifat, fungsi, struktur, dan rupa. Ada kedekatan arti antara transformasi dengan metamorfosis. Ulat yang jelek dan jijik berubah bentuk menjadi kupu-kupu yang indah. Proses metamorfosis itu menghasilkan transformasi (lih. "Metamorfosis" di Selamat Berpadu).

Reformasi. Reformasi berarti perubahan yang mendasar. Perubahan itu bisa radikal. Cakupannya adalah bidang sosial, hukum, agama, atau lainnya. Yang diubah atau dibarui adalah sistem, peraturan, pola pikir yang paling dasar, ataupun yang ada di permukaan, misalnya reformasi hukum mencabut peraturan yang mendiskriminasi penyandang difabel.

Uraian itu menunjukkan bahwa istilah revolusi, transformasi, dan reformasi mempunyai konotasi yang berbeda-beda. Akan tetapi, ketiga istilah itu pun menunjukkan sejumlah persamaan arti. Pada ketiga istilah itu terdapat pengertian berubah atau perubahan dan membarui atau pembaruan.

Tentang arahnya. Perubahan dan pembaruan itu terjadi dari keadaan kurang baik menuju keadaan yang baik. Arahnya adalah dari buruk ke baik. Tujuannya adalah memperbaiki atau mengganti yang buruk.

Tentang waktunya. Perubahan dan pembaruan itu tidak bisa terjadi mendadak dan sekejap, tetapi dalam proses perubahan yang membutuhkan waktu panjang.

Tentang terjadinya. Perubahan dan pembaruan itu bukan terjadi begitu saja, melainkan perlu ada pihak-pihak yang berbuat sesuatu. Perlu perbuatan. Perlu langkah-langkah nyata. Perlu iktikad. Perlu kesungguhan. Perlu pengorbanan.

Semua pengertian itu tersirat dalam simbol-simbol teologis mengenai konsep membarui, pembaruan, mengubah, dan perubahan yang dipakai di dalam Alkitab.

Contohnya ada di perikop Efesus 4:17-32. Tertulis, "Hendaklah hati dan pikiranmu dibarui seluruhnya" (ay. 23, BIMK). Apanya yang dibarui atau diubah? Tertulis, "Hati dan pikiran". Apa artinya? Teks aslinya, pneumati tou noos. Arti harfiahnya, 'roh dari (bukan dan, tetapi dari) pikiran', 'roh yang di dalamnya berpikir', atau 'roh tempat berpikir'. Maksudnya, roh yang mengoordinasikan segala kecerdasan, atau segala keputusan, atau segala pikiran, perkataan, dan perbuatan. Dibarui dari kondisi apa ke kondisi apa? Dari kondisi lama kekondisi baru. Kondisi lama prapembaruan digambarkan di ayat sebelumnya, yaitu "sebab itu tanggalkanlah manusia lama dengan pola kehidupan lama yang sedang dirusakkan oleh keinginan-keinginannya yang menyesatkan" (ay. 22, BIMK).

Sedangkan kondisi baru pascapembaruan digambarkan di ayat sesudahnya, yaitu "Hendaklah kalian hidup sebagai manusia baru yang diciptakan menurut pola Allah, yaitu dengan tabiat yang benar, lurus dan suci" (ay. 24, BIMK).

Perhatikan pergerakan arahnya. Perubahan itu bergerak dari "manusia lama" ke arah "manusia baru", dari "pola kehidupan lama" ke arah "pola Allah", dari "sedang dirusakkan oleh keinginan keinginannya yang menyesatkan" ke arah "tabiat yang benar, lurus dan suci".

Pergerakan itu disebut membarui diri, bertobat, atau lahir kembali. Pergerakan itu bukan terjadi dalam sejam atau sehari, melainkan dalam proses waktu yang panjang melalui proses belajar dan bertumbuh.

Sekarang kita perhatikan lebih lanjut isi ayat itu. Pada teks Bahasa Indonesia Masa Kini (BIMK) tertulis, "... dibarui seluruhnya" (ay. 23). Kata seluruhnya itu tidak terdapat dalam teks Terjemahan Baru (TB). Kalau begitu teks mana yang betul?

Dalam teks aslinya tertulis, "... ananeousthai de toi pneumati tou noos humon." Verba ananeoun bukan sekadar berarti 'perubahan'. melainkan perubahan total'. Ini menyangkut perubahan pikiran. perasaan dan kehendak. Ini bukan perubahan sebagian, melainkan perubahan menyeluruh. Oleh sebab itu, teks BIMK membubuhkan kata seluruhnya.

Apa konsep dalam Alkitab tentang membarui dan pembaruan atau mengubah dan perubahan sepadan dengan revolusi, transformasi, dan reformasi? Meskipun tiap istilah itu punya konotasi berbeda, istilah-istilah itu bisa dipadankan dengan konsep Alkitab tentang pembaruan. Ada konsep pembaruan dalam perikop tertentu yang sepadan dengan istilah revolusi, di perikop lain sepadan dengan transformasi dan di perikop lain lagi sepadan dengan reformasi.

Oleh sebab itu, pembaruan ciptaan yang diajarkan dalam Alkitab bisa saja disebut revolusi, transformasi, rehabilitasi, restorasi, reformasi, perbaikan, perubahan, pembaruan, atau lainnya.

Apa pun sebutannya, yang lebih penting adalah pelaksanaannya. Kita membarui diri. Kita dibarui Kristus. Kita berubah. Kita diubah. Kita membetulkan diri. Kita dibetulkan. Dari tidak betul menjadi betul. Dari kurang betul menjadi lebih betul. Dari sudah betul menjadi lebih betul lagi.

REFORMASI, BERTOBAT DAN LAHIR KEMBALI

REFORMASI, BERTOBAT DAN LAHIR KEMBALI

 

Suami itu bertahun-tahun pergi tanpa kabar menelantarkan istri dan dua anak berusia SD. Pada suatu hari ia pulang. Minta ampun. Menangis tersedu-sedu dan memelas, "Aku bertobat...... Betulkah itu pertobatan?

Di gereja. Pemuda jangkung itu maju ke mimbar menerima panggilan bertobat. la langsung berlutut. Wajahnya sayu. Pendeta berdoa dengan berapi-api. Lalu pendeta menegaskan, "Saudaraku, hari ini engkau lahir kembali!" Ayah dan ibu pemuda itu duduk di baris depan. Ibunya sejak tadi terisak-isak. Umat khusyuk mendukung dengan doa. Ibadah lahir kembali itu pun usai. Betulkah itu lahir kembali?

Dalam ilmu teologi, bertobat dan lahir kembali mengandung arti dasar yang sama dengan reformasi.

 Akar kata Latin reformasi adalah re yang berarti 'kembali', dan forma yang berarti 'bentuk'. Kata re bukan hanya berarti mengulang seperti dalam refrein (bagian yang diulang) atau redesain (rancangan ulang), melainkan terutama berarti kembali, pulang, atau balik, misalnya pulang kembali ke rumah.

Kata re menunjuk pada sebuah arah, tempat, atau sumber dari mana kita berasal.

Mereformasi diri berarti kita kembali pada sumber dan asal diri kita. Mereformasi gereja berarti bahwa gereja pulang kembali ke sumbernya. Nah, apakah sumber dasar diri kita? Apakah sumber dasar gereja?

Sumber dasar kita adalah citra Allah. Kita diciptakan "menurut gambar dan rupa Allah" (Kej. 1:26-27). Artinya, supaya kita tiap hari mendatangkan kemuliaan bagi Allah dan kesejahteraan bagi sesama ciptaan.

Sumber dasar gereja adalah diri dan karya Yesus. Artinya, supaya gereja tiap hari menjumpai dan menyapa orang-orang dari segala lapisan tanpa pembedaan berdasarkan apa pun.

Itu teorinya. Praktiknya beda. Oleh sebab itu, tiap hari kita perlu pulang kembali ke sumber dasar. Dengan kata lain, kita perlu reformasi. Lebih jelas lagi, kita perlu bertobat.

Langsung timbul soal: Apa artinya bertobat? Bertobat merupakan pengertian yang rumit dan kompleks. Pengertiannya tidak bisa dijelaskan dengan satu kata atau satu perbuatan saja. Oleh sebab itu, Yesus memakai beberapa ungkapan kiasan supaya tiap kiasan itu memperlihatkan sebuah segi tertentu.

Pertama, bertobat adalah ibarat ganti hati dan ganti otak. Ini terjemahan kasar dari metanoia. Di Lukas 17:3 diterjemahkan menjadi "menyesal". Terjemahan wajarnya adalah 'berubah hati' atau 'berubah iktikad'. Artinya, bertobat adalah ibarat mengganti seluruh isi perasaan dan pikiran kita.

Kedua, bertobat adalah ibarat lahir kembali atau lahir ulang. Ini terjemahan harfiah dari palin-genesia. Di Matius 19:28 diterjemahkan menjadi "penciptaan kembali". Artinya, bertobat adalah ibarat bayi yang sudah lahir, namun berubah total menjadi bayi yang berbeda.

Ketiga, bertobat adalah ibarat lahir dari atas. Ini terjemahan harfiah dari anothen-genesia. Di Yohanes 3:3 dan 7 diterjemahkan menjadi "dilahirkan kembali". Artinya, pertobatan bukanlah prestasi seseorang, melainkan hasil pekerjaan Roh Kudus.

Lahir dari atas berarti lahir dari Allah atau dengan bantuan Allah. Mustahil kita bisa bertobat sendiri tanpa bantuan dari Allah. Bertobat itu susah. Kita mau bertobat, tetapi gagal. Kita mau lagi lalu gagal lagi.

Bertobat adalah minta pertolongan Allah, meminta Dia mengubah kebiasaan lama alias lagu lama kita menjadi lagu baru. Pemazmur meminta pertolongan itu dan memperolehnya. Tertulis, "la mengajar aku menyanyikan lagu baru..." (Mzm 40:4, BIMK). Pertolongan Allah dalam pertobatannya itu telah mengubah nasibnya. Semula ia terperangkap dalam "lumpur rawa" kemudian ia bisa melangkah mantap "di atas bukit batu". Tulisnya, "la menarik aku dari lubang yang berbahaya, dari lumpur rawa. la menempatkan aku di atas bukit batu, sehingga langkahku mantap" (ay. 3).

Itu tiga ungkapan kiasan yang dipakai oleh Yesus untuk menjelaskan arti kata bertobat. Ketiga ungkapan Yesus itu sebetulnya mengacu pada sebuah kiasan yang sudah lama tertulis di Perjanjian Lama, yaitu berputar haluan atau berputar arah. Ini terjemahan harfiah dari kata syub. Di Yesaya 10:21 diterjemahkan menjadi "kembali... bertobat di hadapan Allah".

Meskipun tiap ungkapan tadi menunjukkan sebuah segi yang masing-masing berbeda, semua ungkapan itu pun mengandung sebuah dimensi yang sama. Dimensi itu adalah bahwa bertobat merupakan kejadian yang bersifat total atau menyeluruh. Bertobat bukan hanya menyangkut bagian luar, melainkan juga seluruh isi sampai bagian yang terdalam. Bertobat atau lahir kembali bukan hanya terjadi pada suatu hari, melainkan setiap hari secara terus menerus.

Mengapa begitu? Oleh karena motivasi bertobat bukanlah untuk memperoleh sesuatu yang bersifat sesaat, melainkan karena kita sudah memperoleh itu secara terus-menerus. Yesus berkata, "Bertobatlah, sebab Kerajaan Surga sudah dekat!" (Mat. 4:17). Perhatikan kata sebab. Yesus bukan berkata "supaya Kerajaan Surga dekat", melainkan "sebab Kerajaan Surga sudah dekat".

Kerajaan Surga atau Kerajaan Allah adalah kehidupan sehari-hari yang dirajai oleh Allah, yang mematuhi kehendak Allah, yang didasarkan pada keselamatan dan pengampunan. Lihat Ucapan Bahagia Yesus di Matius 5 tentang siapa "yang punya Kerajaan Surga".

 Kata "sebab" mengoreksi pandangan kita yang sering berang gapan "supaya". Kita sering menganggap perlu bertobat supaya mendapat pengampunan dan selamat, padahal menurut Yesus kita bertobat karena kita sudah diampuni dan diselamatkan dengan datangnya Kerajaan Allah dalam diri-Nya.

 Untuk mempertajam ketegasan itu, Calvin mengubah susunan kalimat Yesus tadi menjadi, "Oleh karena Kerajaan Surga sudah dekat, bertobatlah!" (Institutio III.iii, 1-2).

Oleh karena kita sudah diampuni dan diselamatkan, justru sebab itu kita perlu bertobat dan lahir kembali terus-menerus. Oleh karena gereja sudah dibarui, justru sebab itu gereja perlu bertobat dan direformasi terus-menerus.

Jadi, apakah suami di sinetron tadi sudah bertobat? Idem pemuda jangkung di gereja tadi? Sudah ataukah belum? Jawabnya, sudah dan belum! Sudah, sebab ia sudah melangkah. Belum, sebab langkahnya baru satu langkah. Padahal, bertobat terdiri atas seribu langkah.