ALLAHMU BENTENG YANG TEGUH

ALLAHMU BENTENG YANG TEGUH

Lagu ciptaan Martin Luther ini berbicara tentang sebuah benteng. Lebih tepat lagi, tentang Allah sebagai sebuah benteng. Benteng macam apakah yang dimaksud? Mengapa Allah diibaratkan sebagai sebuah benteng? Kita lihat dulu bait pertamanya di KJ 250:

Allahmu benteng yang teguh, perisai dan senjata; betapapun sengsaramu, pertolongan-Nya nyata! Si jahat yang geram berniat, 'kan menang; ngeri kuasanya dan tipu dayanya di bumi tak bertara.

Mungkin kita jarang melihat benteng, bahkan mungkin belum pernah. Mungkin yang tergambar di benak kita adalah tumpukan karung pasir tempat tentara berlindung. Atau, barangkali tembok beton tebal dengan meriam di belakangnya. Atau, barangkali tangsi militer.

Bukan itu yang dimaksud dalam lagu ini. Yang dimaksud oleh Luther adalah sebuah burg. Kalimat pertama lagu ini menurut kata kata Luther berbunyi, "Ein feste Burg ist unser Gott". Apa itu burg?

Sebuah burg adalah rumah sangat besar milik keluarga ningrat, bangsawan, atau keraton di Eropa. Jumlah kamar tidur dan ruang annya bisa puluhan bahkan ratusan. Ruang makannya saja ada banyak. Demikian pula ada ruang buku, ruang musik, dan banyak ruang pertemuan. Juga, ada ruang ibadah yang nilai arsitekturnya tak kalah indah dari sebuah katedral. Rumah besar itu tentu pula menampung puluhan pegawai, mulai dari para juru masak, pembantu, petugas kebersihan, pemelihara kandang kuda, tukang kebun, dan banyak lainnya. Sekian hektar tanah dan hutan di sekitar burg itu juga milik keluarga ningrat itu. Tinggi burg biasanya tiga atau empat lantai.

Dalam kamus kita burg diterjemahkan menjadi 'puri', 'kastil', atau 'istana berbenteng'.

Fungsi pertama sebuah puri adalah rumah tempat tinggal. Fungsi lainnya adalah tempat berlindung dari serangan musuh atau serbuan perampok. Oleh sebab itu, sebuah puri mempunyai sistem pertahanan dan perlindungan. Di atapnya terdapat beberapa menara pengintai dan tembok para pemanah. Biasanya sebuah puri dikelilingi oleh parit buatan selebar dua puluh meter dengan air yang dalam dan pagar di bawah air untuk mencegah para penyusup. Jembatannya bisa diangkat dan diturunkan.

Di Eropa Barat terdapat ribuan puri. Ada yang dibangun pada abad ke-9, seiring dengan timbulnya kelas ningrat yang menguasai rakyat. Tiap puri diberi nama, misalnya Hohensalzburg, Drachenburg, Neuschwanteinburg, dan lainnya. Oleh karena biaya pemeliharaannya yang mahal, sekarang kebanyakan puri dijadikan hotel, museum, sanatorium, atau panti wreda.

Itulah benteng yang dimaksud oleh Luther dalam lagu ini. Allah adalah benteng yang teguh. Luther mengajak kita berlindung di da lam benteng itu. Allah adalah "perisai dan senjata ... pertolongan-Nya nyata". Berlindung dari apa? Berlindung dari serbuan siapa? Berlindung dari "Si jahat yang geram... ngeri kuasanya dan tipu dayanya".

Bagaimana kita bisa yakin bahwa benteng ini ampuh dan teguh? Siapa yang menjamin bahwa kita akan terlindung secara aman? Luther menjawabnya di bait ke-2. "Pahlawan kita Dialah yang diurapi Allah. Siapa nama-Nya? Sang Kristus Mulia ...!

Perhatikan ragam kalimat tanya retorik itu. Tanya: Siapa nama pahlawan yang melindungi kita. Jawab: Sang Kristus. Ragam interogatif seperti itu banyak digunakan dalam pedagogi Sokrates (469-399 SM). Pendekatan itu pun dipakai oleh Luther dalam menulis Katekismus Besar dan Katekismus Kecil dan kemudian juga dalam Katekismus Heidelberg tulisan murid-murid Calvin (ketiga Katekismus itu pun diterbitkan BPK Gunung Mulia).

Kita berlindung di benteng yang bernama Allah dan pelindung kita adalah Kristus. Itulah tema pengakuan Luther dalam lagu ini.

Kata-kata Luther dalam lagu ini keluar dari pengalaman hidupnya. Selama sembilan bulan Luther pernah berlindung di sebuah benteng, yaitu di Puri Wartburg oleh karena Kaisar Karel V pada bulan Mei 1521 memvonis bahwa Luther boleh dibunuh oleh siapa saja (lih. "Luther Tertantang" di Selamat Membarui).

Demikian pula kata-kata dalam bait ke-3. Bunyinya, "Penuh pun setan dunia, yang mau menumpas kita. Jangan gentar melihatnya, iman tak sia-sia!" Kata-kata itu pun keluar dari pengalaman hidup Luther ketika umatnya melarang dia memenuhi panggilan pengadilan di Worms pada bulan April 1521 karena di Worms ada banyak orang yang mau membunuh Luther. Luther menguatkan umatnya, "Meski pun Worms penuh setan sebanyak genteng di atap yang mau menumpas aku, aku tidak gentar!"

Karya tulis yang baik adalah silang sumber antara pengalaman hidup dan literatur, dalam hal ini Alkitab. Begitu juga pengalaman hidup Luther dalam lirik lagu ini bersilang dengan Mazmur 46. Tertulis, "Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti ... kita tidak akan takut.. sekalipun gunung-gunung goyang... Diamlah dan ketahuilah bahwa Akulah Allah... kota benteng kita ialah Allah Yakub."

Benteng yang dimaksud dalam Mazmur tentu berbeda dengan benteng dalam benak Luther. Benteng dalam Mazmur adalah tembok setinggi 60 meter setebal 5 meter di sekeliling kota. Benteng itu bukan rumah tinggal, melainkan tembok yang melindungi rumah-rumah di dalam kota. Namun, fungsinya sama, yaitu melindungi dari kejahatan.

Itulah pengakuan Luther. Ia mengajak kita menyanyi sambil mengaku bahwa Allah adalah penolong dan pelindung dari kejahatan