BERLARI KE ARAH YANG SALAH

BERLARI KE ARAH YANG SALAH

 

    Mungkin bagi kita berlari dalam menghadapi persoalan berarti buruk. Faktanya, lari digunakan di Alkitab lebih dari satu kali sebagai metafora untuk masa hidup kita di bumi ini. Allah menuntun kita di jalan yang benar dan "bila berlari engkau tidak akan tersandung" (Ams. 4:12).

    Jadi, berdasarkan pertimbangan ini, mungkin persoalannya bukan pada karena kita terus berlari dengan cepat, tetapi kita justru berlari bukan ke arah yang tepat. Kita belajar berlari menuju garis finish yang sebenarnya adalah jurang terjal ratusan meter dalamnya. Kita berlomba menaiki tangga di dalam suatu gedung, tetapi ternyata kita salah gedung. Jangan salah mengartikan intensitas dan kebulatan tekad untuk meraih sukses. Pada tahun 1929, saat pertandingan football tahunan di Rose Bowl, Roy Riegel menjadi terkenal ketika ia mendapatkan bola, berjuang melawan pemain lawan, lalu berlari sejauh 60 meter. Untunglah, seorang teman satu tim menghentikannya sebelum ia melintasi garis gawang yang salah.

    Jadi, pertanyaan untuk hari ini ialah, "Jalan mana yang kita pilih?" Pertanyaan yang lebih penting lagi, "Jika kita menuju jalan yang salah, apakah ada seseorang atau sesuatu yang akan menghentikan kita sebelum kita benar-benar tersesat?" Saya harap ada. Sebagai pria, Anda didorong agar melakukan eksplorasi dan mengambil risiko. Namun, jika kita tidak memiliki kompas (atau seorang teman yang memiliki kompas), kita akan tersesat.

    Sekilas, tantangannya adalah "perlombaan yang tekun". Namun, untuk banyak pria, persoalannya bukanlah itu. Kita memang sangat berhasrat mendedikasikan hidup pada sesuatu yang berharga dan melaksanakannya dengan penuh tekad dan kekuatan yang besar. Inilah yang menjadi batu sandungan kita yang kedua. Oleh sebab kita terlalu banyak menyibukkan diri dengan berlari sehingga acap kali tidak melihat rambu-rambu jalan yang ditempatkan Allah di setiap persimpangan. Jadi, kawan, hapus air dari mata Anda dan fokuskan pandangan Anda pada "pertandingan yang telah diwajibkan bagi Anda".

    BAPA SURGAWI, kami sangat ingin mengetahui rencana-Mu untuk hidup kami. Kami ingin melayani-Mu dan menikmati semua berkat-Mu. Namun, kami mengakui bahwa ketika kami tersesat hal pertama yang kami lakukan adalah menemukan jalan kami sendiri. Karena itu, ya Allah, bantulah kami menemukan jalan-Mu. Bantulah kami agar kami dapat dengan tekun melalui jalan yang Engkau inginkan agar kami lalui. Amin. Tanpa pengetahuan kerajinan pun tidak baik; Orang yang tergesa-gesa akan salah langkah. (Ams. 19:2)