CALVIN: BERUBAH ARAH DI LOSMEN MURAH

CALVIN: BERUBAH ARAH DI LOSMEN MURAH

 


Untuk memperkenalkan tulisan-tulisannya tentang reformasi gereja, Yohanes Calvin pergi ke Ferrara, di Italia Utara, la menginap di istana Putri Renee yang suka membagi-bagi buku gerakan reformasi, padahal putri ini adalah adik Raja Francois I yang mau membunuh Calvin.

Dalam perjalanan pulang ke Basel, Calvin menginap satu malam di sebuah losmen murah di Jenewa. Pemilik losmen tidak bisa percaya bahwa tamu berpakaian sederhana itu adalah Jean Chauvin, penulis buku-buku terkenal. Bangga losmennya diinapi orang termasyhur, ia langsung menceritakan kabar ini kepada semua tetangganya.

Kabar ini pun tiba di telinga Guillame Farel, pendeta setempat yang berusia 20 tahun lebih tua daripada Calvin. Malam itu juga Farel datang ke losmen dan meminta Calvin untuk menjadi pendeta di Jenewa. Tentu saja Calvin menolak sebab ia punya tugas di Basel untuk menyebarluaskan konsep reformasi di kalangan akademik.

Mendengar penolakan ini Farel berteriak, "Tuan Chauvin, Allah akan mengutuk Tuan jika Tuan menolak tugas ini!"

Calvin terkejut bukan kepalang. Belum pernah ia mengalami ancaman seperti itu. la lama berpikir. Reformasi gereja di tingkat akademik yang selama ini ia kerjakan memang penting, namun Reformasi gereja di tingkat gereja lokal juga penting. Akhirnya, ia menerima tugas ini.

Tumpukan tugas langsung dikerjakan oleh Calvin. Setiap hari ia menjelaskan isi Alkitab pasal demi pasal kepada kelompok anak, pemuda, dan dewasa. la menertibkan tata ibadah. Orang yang terlambat datang ke ibadah, apalagi absen, harus bayar denda sekian franc. Di gereja tidak boleh ada orgel, lilin, dan salib. Pendeta dilarang pakai jubah. Orang yang suka berjudi, mabuk, berdansa, dan nonton sandiwara ditegur atau dikucilkan. la menetapkan bahwa sehari-hari gereja diurus oleh dewan yang terdiri atas empat jabatan, yaitu pendeta, pengajar, penatua, dan syamas. la menetapkan persyaratan ketat bagi orang yang minta dibaptis, ikut perjamuan kudus, dan menikah. Ia menetapkan hukuman bagi mereka yang melecehkan orang tuanya.

Ketetapan Calvin disambut pro dan kontra. Ketika golongan kontra. menguasai pemerintah kota, Calvin diusir dari Jenewa. la menjadi pendeta di Strasbourg. Empat tahun kemudian konstelasi politik di Jenewa berubah lagi sehingga Calvin diminta kembali ke Jenewa. Begitulah untuk masa 23 tahun selanjutnya Calvin menjadi pendeta gereja Jenewa sampai akhir hidupnya.

Umat gereja mendorong Calvin untuk menikah, namun ia selalu menjawab, "Aku tidak punya waktu. Kalau toh menikah, ada syaratnya, janganlah pekerjaanku jadi terganggu." Akhirnya, ia menikah dengan Idelette de Bure. Mereka mempunyai tiga orang anak, namun dalam usia balita anak-anaknya itu meninggal.

Calvin, istri, dan ketiga anak itu memang berbadan lemah. Makanan mereka sehari-hari kurang memadai. Gaji yang diterima Calvin membuat keluarga ini serba kekurangan. Honor penulisan buku dipakai untuk penyebarluasan buku.

Baru sembilan tahun menikah Calvin kehilangan istri. Tulis Calvin, "la adalah teman hidup, teman menderita, dan teman melarat."

 Calvin meneruskan reformasinya. la mendirikan Academie de Geneve untuk mendidik calon pendeta. Jenjang awal untuk belajar bahasa-bahasa selama tiga tahun dan jenjang berikut untuk belajar teologi, kedokteran, atau hukum selama lima tahun. Pelajaran dimulai pukul 6.00 pagi. Sepuluh menit di muka, guru dan murid sudah ada di kelas bersaat teduh sambil membaca buku renungan. Tepat pukul 6.00 pagi pintu gerbang kampus ditutup. Tulis Calvin, "Tidak bisa jadi pendeta kalau tidak disiplin jadi kutu buku."

Calvin sendiri adalah kutu buku. Ia hafal semua buku Luther la memang mengagumi Luther yang 16 tahun lebih tua. Pernah ia Calin Jalan Hi menulis surat kepada Luther, "Aku menyukai semua buku Tuan. Alangkah inginnya aku bertemu dan belajar kenal dengan Tuan."

Sering Calvin mengenang ibunya dengan pilu. la merasa begitu rindu untuk berada dengan ibunya. Ketika Calvin menulis betapa perlunya kita menyatu dengan gereja, ia mengibaratkan gereja sebagai seorang ibu.

Tulis Calvin, "... the Church, into whose bosom God is pleased to gather His children, ... that they may be nourished by her help... that they may be guided by her motherly care... For what God has joined together, it is not lawful to put asunder (Mark 10:9), so that, for those to whom God is Father, the Church may also be mother" (Inst. IV.i.1).

Artinya, "... Gereja, di dadanya Allah mantap meletakkan anak anak-Nya... supaya mereka disusuinya dengan bantuannya... supaya mereka dituntun dengan asuhan keibuannya... karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia (Mrk. 10:9). sehingga, untuk mereka yang Allah adalah Bapa, Gereja juga adalah ibu" (Inst. IV.i.1).

Calvin tahu betul bahwa ayat tadi berkonteks perceraian suami istri, namun ia sengaja menekankan bahwa hubungan kita dengan gereja janganlah sampai tercerai sebagaimana juga hubungan dengan ibu kita.

Tiada terbanding hubungan kita dengan ibu yang telah mengandung, menyusui, dan mengasuh kita. Tiap kali Calvin terbaring lemah karena kesehatannya yang kurang terawat, ia selalu pilu mengenang ibunya. Calvin meninggal saat usianya belum lagi mencapai 55 tahun.