REFORMASI DIRI

REFORMASI DIRI

 

Pemuda ini tiap hari hanya bermain anggar. Sesudah itu, membaca novel tentang kesatria yang merayu-rayu putri cantik. Khayalan pemuda Spanyol ini tak kepalang tanggung, yaitu menikahi Putri Katalina yang wah dari Austria.

Akan tetapi, jiwa pemuda bangsawan ini pada suatu waktu berubah total gara-gara dua jilid buku yang dibacanya. Jalan hidupnya berubah sama sekali. la menjadi pendiri Ordo Yesuit. la menjadi Reformator Gereja, Luther dan Calvin di barisan Protestan, ia di barisan Katolik. Pola pikirnya masih berpengaruh sampai hari ini di bidang pekabaran Injil, persekolahan, dan pendidikan agama. la adalah Ignatius Loyola (1491-1556). Akan tetapi, bukankah Ignatius Loyola itu seorang tokoh kontra reformasi?

Loyola terlahir dengan nama Inigo Lopez. la 8 tahun lebihmuda dari Luther dan 8 tahun lebih tua dari Calvin la anak bungsu dari 14 bersaudara.

Persekolahan formal yang diterima Loyola pada masa kecil sungguh minim. Ada guru pribadi yang datang kepuri, namun pengetahuan yang diperolehnya sedikit. Yang banyak dipelajarinya hanya peraturan protokol keningratan. Demikian juga pendidikan imannya amat minim. Sehari-hari ia hanya bersantai dan berfoya-foya dengan teman sebayanya yang membawa dia ke dalam pergaulan buruk.

Kelak menjelang akhir hidupnya, Loyola mendiktekan autobiografinya kepada Luis da Camara (edisi Indonesia: Wasiat dan Petuah Santo Ignatius, terbitan Kanisius). Tertulis, "Sampai umur 26 tahun dia (aku) hanyalah memikirkan permainan duniawi, dan kegembiraan terbesar adalah memenangi pertandingan senjata demi mendapat kehormatan."

Perubahan besar terjadi ketika Loyola berusia 26 tahun. la tergabung dalam pasukan yang mempertahankan benteng Pampelona dari serangan Prancis. Saat komandannya berniat menyerah, Loyola tetap gigih bertempur. la terkena peluru meriam. Kedua kakinya patah sehingga dibedah ulang. Beberapa minggu kemudian ia diusung dengan brankar berhari-hari ke daerah asalnya.

Mungkin akibat tergoyang-goyang ketika diusung brankar, tulang yang dibedah itu berubah posisi. Lalu para dokter mematahkan kembali tulang itu dan melakukan operasi kedua kali.

Beberapa bulan kemudian hasil bedah itu ternyata mengecewakan. Kaki kiri lebih pendek dari kaki kanan. Loyola yang selalu ingin tampak gagah minta dioperasi kembali.

Berbulan-bulan Loyola tidak turun dari ranjang. Sungguh membosankan. la pun meminta buku, namun tidak ada buku roman kesatria kasmaran kepada putri genit. la mendapat dua buku yang sama sekali tidak menarik. Apa boleh buat. Loyola pun mulai membaca. Ternyata kedua buku ini mengubah jalan hidupnya secara total.

Buku pertama adalah renungan tentang hidup dan sosok Yesus. Buku kedua renungan tentang kiprah para tokoh iman. Loyola tercengang-cengang membaca Fransiskus Assisi, anak pengusaha besar, bertukar pakaian dengan seorang pengemis (lih. "Doa Fransiskus dari Assisi" di Selamat Pagi Tuhan,dan"Makhluk itu Majemuk"di Selamat Berkarunia).

Kedua buku itu dibacanya berulang-ulang. Loyola merasa malu kepada dirinya sendiri. Tertulis, "Dia (aku) merasa jijik teringatakan perilaku kedagingan dulu." Akan tetapi, tidak lama kemudian ia ingin lagi melakukan perbuatan-perbuatan jijik itu.

Tiap hari selama beberapa bulan Loyola bergumul dalam kebimbangan memilih menjalani hidup yang lama ataukah membarui hidupnya. Tertulis, "la (aku) mulai berpikir lebih serius mengenai hidup dan merasa perlu membuat pilihan." Dalam perkembangan waktu ia menulis, "Akhirnya pikiran pertama, yaitu mengenai hal-hal duniawi, mulai ditinggalkan. Hal-hal duniawi dikalahkan oleh keinginan yang luhur ... ia (aku) merasa muak terhadap hidup yang dulu, khususnya mengenai kehidupan seksual ... "

Dengan tekad itu Loyola pergi ke Barcelona. Di hadapan seorang imam ia membuat pernyataan melepas semua hak atas harta benda. la mengganti pakaiannya yang mahal dengan pakaian sederhana. Selama setahun ia bersemedi di sebuah goa untuk meminta penglihatan dari Allah.

Pada tahap usia ini pikiran Loyola diwarnai oleh buku Meniru Kristus (The Imitation of Christ) karya Thomas Kempis (1380-1471). Di situ tertulis, "Banyak orang mau mendapat kegembiraan dari Kristus, namun hanya sedikit yang rela menderita demi Dia. Banyak orang mengikut Kristus karena cari untung, hanya sedikit yang bersedia menanggung rugi." Padahal kita adalah anak dan ahli waris "jika kita menderita bersama-sama dengan Dia" (Rm. 8:17). BukuThomas Kempis itu yang terbit tahun 1427 hingga kini masih terusdicetak ulang dalam rupa-rupa bahasa (lih. "Swami Vivekananda" di Selamat Berjuang).

Tak lama kemudian Loyola berlayar ke Israel. Namun, penguasa militer Turki yang menduduki Israel melarang Loyola mengabarkan Injil. Paraimam Ordo Fransiskan di Israel menyarankan Loyola untuk membekali diri dengan pengetahuan dasar pekabaran Injil.

Loyola pun kembali ke Spanyol untuk masuk universitas. la ditolak karena tidak tahu bahasa Latin. Namun, ia pantang menyerah. Mes kipun berusia 33 tahun, ia duduk di kelas bersama murid-murid SMA. Dua tahun kemudian ia diterima di Universitas Alcala.

Kecerdasan dan kesungguhannya melejitkan Loyola di perguruan itu. Di luar kelas ia mencari kesibukan. la mengumpulkan orang-orang gelandangan dan ia mengajar katekese kepada mereka.

Kegiatan Loyola itu tidak disukai para pastor. la pun dipanggil menghadap tim pemeriksa ajaran agama (inkuisisi), namun ternyata tidak ditemukan penyimpangan atau kesesatan.

Meskipun demikian, beberapa bulan setelah itu ia dijebloskan ke penjara tanpa alasan yang jelas. Di penjara pun ia mengajar katekese. Akhirnya, ia dibebaskan dengan syarat tidak boleh mengajar agama.

Terkekang oleh larangan itu Loyola pindah kota dan masuk Universitas Salamanka. Di sini pun ia dipenjara sekian minggu karena mengajar katekese.

Loyola kecewa, ia berjalan kaki melewati pegunungan Pirene yang diselimuti salju menuju Paris. la masuk Universitas Montaigu tempat Calvin juga bersekolah, namun mereka tidak saling jumpa karena berbeda angkatan.