MERAYAKAN HIDUP DAN BERBUAH

MERAYAKAN HIDUP DAN BERBUAH

“Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia akan berbuah banyak sebab diluar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” (Yoh 15.5)

Dalam kehidupan Kristiani terdapat perbedaan mencolok antara hidup produktif dan hidup berbuah. Keduanya sama-sama berbicara tentang menghasilkan sesuatu. Bedanya produktivitas berfokus pada hasil sedang berbuah lebih menekankan kesuburan hidup. Bagi yang terakhir banyak-sedikitnya buah bukan hal utama Yesus memakai gambaran pokok anggur dan ranting yang subur serta berbuah untuk menunjukkan pentingnya sebuah perayaan di dalam Tuhan.

Merayakan hidup berarti menyadari bahwa hidup ini bermakna hanya jika melekat dan diam di dalam Sumber Hidup: Yesus Kristus. "Semangat dunia modern lebih sebagai suka mengukur produktivitas kita." Itu berarti sebagaimana kata-kata Yesus tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia." Hanya dengan cara itulah kita bisa berbuah banyak.

Henri J.M. Nouwen pernah menangkap kebenaran ini: Kita hanyalah satu bagian yang sangat kecil dari sejarah dan hanya memiliki satu kehidupan yang sangat singkat untuk dihidupi. Namun jika kita mengangkat buah-buah karya kota di tangan kita dan merentangkannya kepada Allah di dalam keyakinan yang mendalam bahwa Allah mendengarkan kita dan menerima pemberian kita maka kita tahu bahwa semua kehidupan kita diberikan bagi perayaan.

Spiritualitas macam begini sungguh berlawanan dengan semangat dunia modern yang lebih suka mengukur produktivitas seseorang. Dan hasil yang dicapai semata mata menunjukkan usaha keras dan kemampuan diri sendiri. Manusialah yang menentukan makna hidupnya sendiri.

Tak heran, banyak orang yang kalah dan sedikit saja yang menang serta unggul dalam hidup manusia modern. Dengan demikian, diwamai kecemasan jika tak mampu lagi berproduksi, karena semua orang saling bersaing serta kehampaan karena di titik akhir hidup, seluruh produksi hidup kita tidak membuat hidup makin bermakna.

Sebaliknya gaya hidup yang diajarkan Yesus ialah gaya hidup berbuah yang berlawanan dengan produktivitas. Dia tidak menawarkan kecemasan, namun kegembiraan. Karena hidup kita yang tak berarti ini ternyata dihargai Allah dan diperkenankan untuk berbuah bagi-Nya. la juga tidak menciptakan isolasi, namun persekutuan sama seperti ranting-ranting yang dipersatukan di dalam pokok anggur yang satu semua secara bersama-sama menghasilkan buah. Akhirnya dengan melekat pada Sang Pokok Anggur itu, hidup tidak lagi diwarnai kehampaan, namun kepenuhan yang bukan berasal dari diri sendiri, namun dari Sang Kehidupan itu sendiri.