YOHANES PEMBAPTIS, SAHABAT KRISTUS

YOHANES PEMBAPTIS, SAHABAT KRISTUS

Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar dari pada Yohanes Pembaptis…. (Mat. 11:11)

Tahukah Anda, siapakah manusia terbesar dalam pandangan Yesus? Bukan Abrahaka, bukan Baudi, bukan pula Petrus, tetapi Yohanes Pembaptis. Yesus sendiri mengatakannya. Mengejutkan, bukan? Nah, tahukah Anda, salah satu rahasia keagungan Yohanes Pembaptis bukan terletak pada kemampuannya melakukan mukjizat atau keteguhan imannya. Bukan. Rahasianya sederhana: dalam kesediaannya untuk menjadi sahabat sejati bagi Yesus.

"Seorang sahabat tidak pernah menempatkan diri lebih dari orang yang dikasihinya."

Suatu kali terjadi gelombang protes di kalangan murid Yohanes Pembaptis. Mereka mengeluh atas banyaknya pengikut Yohanes Pembaptis mengikuti Yesus. Terhadap keprihatinan yang sungguh masuk akal itu, Yohanes Pembaptis memberikan jawaban yang menakjubkan. Ia berkata bahwa dirinya hanyalah sahabat dari mempelai laki-laki, bukan mempelai laki-laki itu sendiri. Oleh karena itu, sudah sewajarnya ia bersukacita jika mempelai laki-laki itu menjadi pusat perhatian bukan dirinya.

Sebagai seorang sahabat yang baik, akhirnya Yohanes Pembaptis menegaskan sikapnya, "la harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil" (Yoh, 3:30). Saya pernah memperoleh pengalaman menjadi sahabat mempelai laki-laki (bestman). Saya harus datang sangat pagi, sebelum semuanya siap, dan pulang larut malam, setelah yang lain pulang. Di antaranya? Tidak terjadi apa pun pada saya. Tak seorang pun mempedulikan saya. Kalau pun ada yang berbicara pada saya, tentu isinya adalah permintaan atau tepatnya, perintah untuk melakukan ini dan itu. Tetapi, hari itu, keletihan saya tak sebanding dengan rasa senang saya karena dapat memberi sebuah sumbangan unik bagi sahabat saya. Yaitu: persahabatan itu sendiri.

Kerendahhatian Yohanes Pembaptis, dibalut dengan persahabatannya dengan Yesus, menjadi kunci keagungannya. Seorang sahabat tidak pernah menempatkan diri lebih dari orang yang dikasihinya. Apalagi memanfaatkan dan memanipulasi sahabatnya itu. la selalu menghendaki yang terbaik bagi sang sahabat, sekalipun itu berarti ia harus merugi.

Jika Anda berani mengaku diri sebagai sahabat Kristus, berlakulah benar-benar sebagai seorang sahabat-Nya. Yohanes Pembaptis sudah membuktikannya. Kini, giliran kitalah yang mengupayakannya.